Rabu, 21 Oktober 2015

Rasa yang Terlupakan

Apakah kamu tau bagaimana rasanya menunggu sesuatu yg belum pasti datang menghampirimu?
Apakah kamu pernah menanti sesuatu yang kedatangan nya belum pasti?
Aah... Jika aku bertanya hal ini, pasti kamu akan menjawab, "kenapa kita harus menunggu dan menanti hal yg tak pasti".

Itulah uniknya wanita. Mereka rela menanti dalam ketidakpastian.
Mereka rela berkorban demi sesuatu yg tidak pasti itu.
Mereka, terkadang bisa lebih polos dan lugu dari anak-anak.

Tapi ingat. Perasaan wanita jauh lebih peka dari lawan jenisnya. Ketika dia sudah tidak menemukan alasan untuk menanti sesuatu yg tak pasti itu, maka dia pun akan berpaling pada yg lain.

Rasa yg dulu membuncah, seketika bisa sirna. Dan menyisakan rasa yg terlupakan.

Selasa, 04 Agustus 2015

Catatan Refleksi Guru : Mengelola Hati dan Pikiran


Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (Wikipedia).

Profesi guru adalah profesi yang mulia, dari kepiawaiannya lah terlahir orang-orang yang sukses di masa depan sebagai orang-orang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, nusa dan bangsa. Pekerjaan sebagai guru tidak hanya sebagai penyalur ilmu, tapi juga penyalur dan pemberi keteladanan. Sayangnya, kata-kata ini terlalu "teoritis" bagi sebagian orang yang tidak faham akan kodratnya sebagai seorang guru. 

Memang tidak mudah menjadi sebenar-benarnya pendidik yang senantiasa mampu memberikan keteladanan setiap saat, apalagi jika dihadapkan dengan permasalahan pribadi (masalah ekonomi/masalah keluarga lainnya). Kita seringkali terbawa oleh emosi yang menggelayut di hati lalu kita jadikan peserta didik kita sebagai pelampiasan, entah dengan memarahinya atau bahkan mungkin sampai memukulnya (STOP kekerasan pada anak didik kita).

Masalah yang kita hadapi memang dapat mempengaruhi kinerja kita sebagai seorang guru. Tapi, jangan sampai anak didik kita yang jadi korban pelampiasan. Sebisa mungkin kita segera selesaikan permasalahan yang kita punya. Cari akar permasalahannya dan segera cari solusinya. Masalah yang belum teratasi, tidak jarang bisa membuat guru frustasi, sehingga semangat mengajar dan mendidik pun mulai berkurang. Mulai malas-malasan ke sekolah, mengajar sekedarnya saja dan tidak peduli dengan perkembangan peserta didik.

Masalah yang ada di rumah, jangan sampai membebani kita ketika mengajar, begitu juga sebaliknya. Masalah yang ada di sekolah, jangan sampai mengganggu keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga kita.

Refleksi kembali, benarkah kita sudah menjadi seorang guru yang tidak hanya mampu mengajar, tidak hanya mampu me-manage waktu mengajar, tapi juga mampu me-manage hati dan pikiran agar kembali fokus pada  tugas dan fungsinya sebagai seorang GURU, yaitu sebagai penyalur ILMU dan pemberi KETELADANAN.

#Salam Semangat untuk guru-guru yang mungkin sedang GEGANA (Gelisah, Galau, Merana) ^^ semoga tidak GEGANA lagi yaaa....


@Pojok Meja Kerja
 
Mataram, 4 Agustus 2015, 4:06 p.m


Sabtu, 25 Juli 2015

Bisakah Jodoh Seseorang Tertukar?


Mungkin kita sering mendengar, "Kalau Jodoh Gak Kemana" atau sejenisnya, seolah ingin menegaskan bahwa setiap orang punya jodohnya masing-masing. 

Ada yang mengumpamakan kalau jodoh itu seperti sepasang sepatu, tidak sama persis tetapi serasi. Disebuah toko sepatu, kita mungkin akan melihat banyak sepatu yang dipajang dengan ukuran dan model yang beraneka ragam. Dan biasanya kebanyakan toko hanya memajang sepatu sebelah saja (mungkin ini tujuannya untuk menghindari pencurian, gak mungkin kan ada orang yang mau curi sepatu sebelahnya doang :) ). Saat konsumen sudah klik dengan sepatu yang ia inginkan, pelayan pun akan mengambilkan pasangan dari sepatu tersebut. Nah tentu sang pelayan akan dengan cermat memilih pasangan dari sepatu tadi. Kalau tidak, bisa-bisa salah ambil. Lah trus apa hubungannya sepatu dengan jodoh?

Seperti yang saya paparkan sebelumnya, jodoh itu ibarat sepatu. Mungkin tidak sama persis jika kita cermati lebih detail lagi, tapi terlihat sangat serasi kan saat dipatutkan oleh sang pemakainya.

Saat sang pelayan mencarikan pasangan dari sepatu tadi, tentu dia harus mengecek ukuran, motif, kode dan lain sebagainya agar sepatu yang ia ambilkan untuk konsumennya TIDAK TERTUKAR atau SALAH AMBIL, karena ada lho sepatu yang sepintas terlihat sama dari kejauhan, tapi ketika didekati barulah tampak perbedaannya (emang ada??? Pasti ada. Lihat saja sepatu yang biasa disebut dengan "Sepatu Sejuta Umat" karena harganya yang murah meriah n nyaman dipakai, jadi banyak lah yang memilikinya. Sepintas terlihat sama, dari segi warna yang hitam, tapi biasanya yang membedakan adalah motif atau hiasan di bagian depan atas sepatu. hayooo yang punya Sepatu Sejuta Umat, acung tangan, aku punya juga lho... heee ). Eeeh kok jadi ngalur ngidul gini ya.

Lalu apa kaitannya??

Mirip seperti jodoh. ALLAH pun akan memilihkan pasangan yang TEPAT untuk kita. Mencocokkannya dengan karakter, kepribadian dan kebiasaan kita. Tidak sama persis memang dengan pasangan kita nanti, tapi saat kita dipersatukan, tampaklah serasinya. Jodoh kita adalah pelengkap hidup kita. Ia dihadirkan untuk mendampingi kita. Melangkah bersama untuk mencapai tujuan, seperti sepatu,  mereka dilangkahkan  secara bersama walau tidak beriringan, tapi tetap dengan TUJUAN yang sama.  Walau mungkin nantinya jodoh yang dihadirkan tak pernah kita bayangkan sebelumnya, atau mungkin saja dia bukan orang yang kita harapkan, PERCAYALAH, dialah yang TERBAIK untuk kita, untuk kehidupan kita dan kebahagian kita. 

ALLAH tak akan pernah salah memilihkan pasangan hidup untuk setiap hamba-NYA. Jika kita belum dipertemukan dengan jodoh kita, bersabarlah. Seperti sebelah sepatu tadi, lambat laun dia pun disatukan dengan pasangannya.

Jika ada yang berkomentar, kenapa si-A menikah dengan si-B,  dia kan cocoknya sama si-C, si-C itu orangnya baik, ganteng, sholeh, bla bla bla bla......Ahhh... mungkin saja kita hanya memandang dari luar atau mungkin saja kita enggan mengambil hikmah di balik itu semua. 

Tidak ada istilah "jodoh yang tertukar". Jika ada yang berpisah, mungkin saja karna tidak bisa menjaga amanah yang telah Allah anugerahkan padanya. Jodoh adalah salah satu amanah yang harus dijaga, hingga kelak kembali dipertemukan dalam Jannah-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.




Tapi kudu diinget ya, jangan pernah pake cara ini dalam menjemput jodoh, yang ada malah urusannya makin berabe nanti.
 


PERCAYALAH... Jodoh kita tak akan TERTUKAR.

 


Selamat Pagi ^^
Semangat memulai hari. Keep Hamasah


@Mataram, 25 Juli 2015, 4.58 a.m




Senin, 01 Juni 2015

Ya Allah, Kami Ingin Menikah



( Ahad, 31 Mei 2015)

Dag..dig...dug...

Hatiku mulai deg-degan saat aku membaca sebuah pesan darinya. Sebelumnya kutanya padanya, kapan ia akan pulang  kampung (ke Lombok), dan dia pun menjawab pesan singkatku. (Saat ini dia sedang menempuh Program Magister di Universitas Gajah Mada, Jogjakarta, dan sedang sibuk mengurus tesis)

"Lebaran. I will marry u", jawabnya singkat.

Aku bertanya kembali, "Really?"

tapi belum ada jawaban, aku pun kembali mengirim pesan singkat padanya, "Mm...u ar not serious"

Tujuh menit kemudian, dia membalas pesanku,

" :) InsyaAllah, semoga tidak ada halangan. I need u untuk dampingi Inak sy dan Inak side spya tdk menyimpang dr syariat trkait plaksanaannya, jgn ada nyongkolan ya. Bsok Inak yg urus, sy plg pas acra akad n walimahnya. Slam ke Inak side jgn dipersulit ya, trkait adat sama biaya2, yg pnting qt bs mnyegerakannya. Qt do'a aja spy dpermudah, pling bsok2 side dihubungi sma Inak sy. Stelah itu dy bakal k rumah side"


Keterangan : Inak (Ibu), side (kamu, tp lbih halus), nyongkolan (salah satu tradisi saat orang merayakan  pesta pernikahan, pengantinnya berjalan bersama orang-orang yang mengirinya disertai dengan musik dan suara gendang)

Pesan dia cukup panjang. Hatiku mulai deg-degan. Rasa bahagia bercampur menjadi satu dengan rasa tak percaya. Pasalnya Ibu dia pernah tak merestui hubungan kita hanya karena kami seusia, takut kalau nanti egonya sama.Dia juga belum selesai studi pasca nya. Dan salah satu syarat agar ia bisa menikah yaitu sudah mendapat gelar Magister.

Sebelumnya kita memang pernah berikhtiar untuk menyegerakan pernikahan, tapi karena dia belum wisuda, jadi belum diberikan restu oleh Ibunya. Aku kaget, saat dia bilang nanti ibunya yang akan datang melamar dan mengurus pernikahan kami. Mungkin ini salah satu keajaiban dari do'a-do'a yang selalu kami panjatkan pada-Nya. Ya, kekuatan do'a mampu merubah segalanya.

Paling cepat dia bisa wisuda pada bulan Oktober, dan itupun jika perjalanannya lancar. sedangkan sekarang baru masuk bulan Juni. Entah apa yang membuat ibunya berubah pikiran sehingga merestui hubungan kami dan InsyaAllah membolehkan kami segera melangsungkan pernikahan setelah lebaran ini. Aamiin Ya Rabb, semoga Kau memberikan jalan kemudahan.

Ya Allah, Kami ingin menyatukan rasa ini dalam ikatan yang lebih suci, berikanlah restuMu pada kami. Kumohon....

#a&a