Bu
Menah, wanita paruh baya yang menjadi salah satu karyawan Bumi Pengembangan
Insani bekerja sebagai Cleaning Service sejak tahun 2004. Bu Menah memiliki
tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Sekarang anak perempuannya sudah menikah,
anak yang kedua sedang belajar di salah satu pesantren ynag ada di Surabaya,
dan anak yang terakhir baru lulus SMA. Beliau menuturkan, dulu sebelum beliau mendapatkan
pekerjaan sebagai CS, suami beliau sempat berjualan es cincau keliling. Memikul
beban seberat kira-kira 50 Kg di pundaknya, karna pada waktu itu belum ada
inovasi menggunakan gerobak dorong seperti saat ini. Tapi jarang sekali es
cincaunya terjual habis apalagi di saat musim hujan. Sampai pada suatu hari,
cobaan melanda keluarga Bu Menah. Suami Bu Menah mengidap penyakit hernia
sehingga tidak kuat lagi untuk memikul berat beban rombong es cincaunya. Dan di sini Allah menunjukkan
janjinya melalui firmannya “Sesudah
kesulitan pasti ada kemudahan…”. Suami Bu Menah tidak lagi berjualan es
cincau, melainkan berjualan sayur-sayuran yang bebannya tidak terlalu berat dan
untungnya pun lebih besar . Dan pada saat itu pula Bu Menah ditawarkan
pekerjaan sebagai Cleaning Service di Islamic Boarding School Madania, karna
sebelumnya Bu Menah tidak punya pekerjaan.
Tapi, cobaan lain datang lagi. Suatu hari Bu Menah terlibat konflik
dengan rekan kerjanya. Beliau merasa tidak pernah memiliki masalah apapun
dengan temen kerjanya itu, tapi tetap saja sikap temannya pada Bu Menah
tidak bersahabat. Pada malam harinya,
sekitar jam 2 malam, Bu Menah terbangun dari tidurnya. Beliau terbangun karna
pikirannya masih terbebani dengan sikap
temannya itu. Ketika hendak beranjak
dari tempat tidurnya, beliau merasakan bahwa tubuhnya tidak bisa di gerakkan
hingga membuat beliau merasakan lumpuh sementara selama tiga hari. Tapi kini
konflik itu sudah berlalu. Berganti dengan kedamaian. Bu Menah ingin lebih
fokus bekerja lagi agar bisa membiayai pendidikan anak-anaknya hingga ke
jenjang yang lebih tinggi. Bu Menah menginginkan anak-anaknya memiliki nasib
yang lebih baik dari dirinya. Beliau berharap agar kelak anak-anaknya mendapatkan
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Keteladan
yang saya pelajari dari kisah Bu Menah
di atas yaitu kesabaran beliau dalam mendampingi setiap langkah perjuangan
suaminya baik dalam senang maupun susah, pun juga ketika beliau di timpa
masalah dengan rekan kerjanya, beliau masih sabar dan kuat menghadapinya.
Beliau tidak menyerah, tidak mengeluh dan juga tidak mau menunjukkan adanya
sikap balas dendam ataupu benci kepada rekan kerjanya. Beliau selalu ikhlas
dalam bekerja dan semua itu karna satu rasa yaitu RASA KASIH SAYANG kepada
keluarganya.
Keteladanan
lainnya yaitu beliau begitu ramah pada setiap orang yang menyapanya. Terlebih
ketika saya mewawancarai beliau, dengan senang hati beliau mau membagi
kisahnya. Padahal waktu itu sudah jam pulang kerja, tapi beliau tidak menolak
ajakan untuk di wawancarai. Dengan aura keibuan, beliau menuturkan kisah
perjalanan hidup dan keluarganya. Semoga keteladanan yang telah saya saya
dapatkan dari seorang Bu Menah yang memiliki rasa kasih sayang yang begitu
tinggi pada keluarganya, bisa menginspirasi saya agar kelak saya bisa menjadi
sosok ibu yang selalu berjuang dengan ikhlas dan penuh kasih demi kebahagiaan
dan kesehjahteraan keluarga. Aamiin…
Bogor, Juli 2013
----ooo----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar