Selasa, 23 Juli 2013

Perjuangan sang ibu untuk keluarganya



Bu Menah, wanita paruh baya yang menjadi salah satu karyawan Bumi Pengembangan Insani bekerja sebagai Cleaning Service sejak tahun 2004. Bu Menah memiliki tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki.  Sekarang anak perempuannya sudah menikah, anak yang kedua sedang belajar di salah satu pesantren ynag ada di Surabaya, dan anak yang terakhir baru lulus SMA. Beliau menuturkan, dulu sebelum beliau mendapatkan pekerjaan sebagai CS, suami beliau sempat berjualan es cincau keliling. Memikul beban seberat kira-kira 50 Kg di pundaknya, karna pada waktu itu belum ada inovasi menggunakan gerobak dorong seperti saat ini. Tapi jarang sekali es cincaunya terjual habis apalagi di saat musim hujan. Sampai pada suatu hari, cobaan melanda keluarga Bu Menah. Suami Bu Menah mengidap penyakit hernia sehingga tidak kuat lagi untuk memikul berat beban rombong  es cincaunya. Dan di sini Allah menunjukkan janjinya melalui firmannya “Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan…”. Suami Bu Menah tidak lagi berjualan es cincau, melainkan berjualan sayur-sayuran yang bebannya tidak terlalu berat dan untungnya pun lebih besar . Dan pada saat itu pula Bu Menah ditawarkan pekerjaan sebagai Cleaning Service di Islamic Boarding School Madania, karna sebelumnya Bu Menah tidak punya pekerjaan.  Tapi, cobaan lain datang lagi. Suatu hari Bu Menah terlibat konflik dengan rekan kerjanya. Beliau merasa tidak pernah memiliki masalah apapun dengan temen kerjanya itu, tapi tetap saja sikap temannya pada Bu Menah tidak  bersahabat. Pada malam harinya, sekitar jam 2 malam, Bu Menah terbangun dari tidurnya. Beliau terbangun karna pikirannya masih terbebani  dengan sikap temannya itu.  Ketika hendak beranjak dari tempat tidurnya, beliau merasakan bahwa tubuhnya tidak bisa di gerakkan hingga membuat beliau merasakan lumpuh sementara selama tiga hari. Tapi kini konflik itu sudah berlalu. Berganti dengan kedamaian. Bu Menah ingin lebih fokus bekerja lagi agar bisa membiayai pendidikan anak-anaknya hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Bu Menah menginginkan anak-anaknya memiliki nasib yang lebih baik dari dirinya. Beliau berharap agar kelak anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.


Keteladan yang saya  pelajari dari kisah Bu Menah di atas yaitu kesabaran beliau dalam mendampingi setiap langkah perjuangan suaminya baik dalam senang maupun susah, pun juga ketika beliau di timpa masalah dengan rekan kerjanya, beliau masih sabar dan kuat menghadapinya. Beliau tidak menyerah, tidak mengeluh dan juga tidak mau menunjukkan adanya sikap balas dendam ataupu benci kepada rekan kerjanya. Beliau selalu ikhlas dalam bekerja dan semua itu karna satu rasa yaitu RASA KASIH SAYANG kepada keluarganya.
Keteladanan lainnya yaitu beliau begitu ramah pada setiap orang yang menyapanya. Terlebih ketika saya mewawancarai beliau, dengan senang hati beliau mau membagi kisahnya. Padahal waktu itu sudah jam pulang kerja, tapi beliau tidak menolak ajakan untuk di wawancarai. Dengan aura keibuan, beliau menuturkan kisah perjalanan hidup dan keluarganya. Semoga keteladanan yang telah saya saya dapatkan dari seorang Bu Menah yang memiliki rasa kasih sayang yang begitu tinggi pada keluarganya, bisa menginspirasi saya agar kelak saya bisa menjadi sosok ibu yang selalu berjuang dengan ikhlas dan penuh kasih demi kebahagiaan dan kesehjahteraan keluarga. Aamiin…



Bogor, Juli 2013 


----ooo----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar