Senin, 17 November 2014

Menikmati Kebersamaan di Waktu yang Tersisa dengan Kegiatan Outbond


Inilah cara kami menikmati kebersamaan sebelum aku  pergi meninggalkan mereka, anak-anak Wakatobi yang luar biasa. Salah satunya yaitu dengan bermain outbond di halaman sekolah kami. 
Suasana ceria pun mengihiasi hari mereka.  Mereka tampak senang saat berhasil melewati setiap permainan pada outbond kali ini.


Berikut beberapa permainan outbond yang berhasil mereka taklukkan :
1. Melewati Rintangan
Hampir semua anak, mulai dari kelas 1-6 berebutan ingin menyelesaikan permainan ini. Meski harus berjibaku dengan debu, tapi tak dihiraukan mereka.
 










2. Estafet Kelereng
Meski hari sudah terik, peluh mulai bercucuran, tapi mereka masih tetap semangat menyelesaikan misi pada permainan ini. 


Dila dan Vita

Wiki dan Kisman

Giliran Novi neh yang beraksi ^^ ayooo semangat
 3. Memindahkan Air
Ini permainan terakhir* dari kegiatan outbond kali ini.
Meski hari sudah mulai sangat terik, tapi semangat mereka tak terusik ^^




Itulah sepenggal kebersamaan kami. Permainan sederhana memang, tapi mampu membuat senyum-senyum mereka terkembang.

#BanggaJadiGuru

* Awalnya aku sudah rencanakan untuk mengadakan 6 permainan, tapi karena ada yang membuat kekacauan, sehingga permainan yang bisa dijalankan hanya 3 saja. Tapi semua itu tak mengurangi semangat dan keceriaan mereka

Pemanfaatan Barang Bekas Sebagai Media Pembelajaran




Media pembelajaran merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Tak perlu menggunakan media yang modern dengan harga yang mahal. Di sekitar kita banyak sekali bisa kita temui benda-benda yang sudah tidak terpakai, dan biasanya disimpan di gudang atau dibuang di tempat sampah, salah satu contohnya yaitu kardus bekas. Bagi kebanyakan orang, kardus bekas mungkin hanya dijadikan limbah sampah atau digunakan sebagai wadah menyimpan sesuatu. Padahal kardus bekas bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan bisa digunakan di sekolah sebagai alternatif media pembelajaran terutama bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil dimana fasilitas pendidikannya masih terbatas.
Dengan sedikit kreatifitas, kardus bekas yang biasanya dijumpai sebagai barang rongsokan, bisa dibuat menjadi barang yang memiliki nilai seni dan nilai edukasi. Berawal dari keprihatinan melihat kardus bekas yang hanya dijadikan sampah, para Guru yang tergabung dalam lembaga pengabdian Sekolah Guru Indonesia Angkatan V -Dompet Dhuafa (SGI DD) mencoba melakukan inovasi yaitu dengan menyulap kardus bekas menjadi media pembelajaran yang menarik. Salah satu contohnya yaitu membuat media pembelajaran untuk mata pelajaran Matematika tentang perkalian. Media ini diberi nama “Eight Cream”, dimana bentuknya seperti Ice Cream (es krim). Terbuat dari kardus bekas yang dibentuk menyerupai es krim, lalu dilapisi dengan kertas karton berwarna-warni  agar tampilannya lebih menarik. Cara menggunakannya pun sangat sederhana, yaitu dengan mencari hasil perkalian suatu bilangan yang kemudian ditandai dengan menarik tali pada “Eight Cream” tersebut. 

Disamping itu, para Guru SGI ingin membuktikan bahwa fasilitas terbatas bukanlah penghalang bagi guru dalam berkreatifitas. Asalkan ada kemauan, benda-benda sekitar bisa dijadikan sebagai media pembelajaran. Selain mengurangi limbah sampah, juga bisa melatih dan mengasah kreatifitas para guru dalam menciptakan sendiri media pembelajaran guna mendukung proses pembelajaran berjalan dengan baik dan menyenangkan. Apalagi di era sekarang ini, para guru dituntut lebih kreatif agar dapat memotivasi peserta didiknya sehingga mereka senang dan tidak cepat bosan dalam belajar. Guru hanya sebagai fasilitator dimana siswa yang lebih banyak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sudah saatnya para guru mengembangkan kreatifitas, memanfaatkan benda-benda sekitar sebagai media pembelajaran agar peserta didik lebih bersemangat lagi dalam belajar. 

Tak hanya menerapkannya di sekolah penugasan masing-masing, para guru SGI juga  memberikan pelatihan pembuatan media pembelajaran dari kardus bekas untuk guru-guru Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi. Dalam pelatihan ini, SGI mengajak guru-guru membuat media pembelajaran yang diberi nama “Pelangi Putar”. Untuk membuatnya pun mudah sekali. Kardus bekas dipotong melingkar, dengan 2 ukuran, kecil dan besar. Dimana potongan kardus kecil disusun diatas potongan kardus besar yang sudah dilapisi kertas karton aneka warna. Masing-masing potongan dituliskan materi yang sesuai, bisa berupa pertanyaan dan jawabannya. Sebagai contoh, kita membuat media Pelangi Putar untuk pelajaran IPA. Pada potongan kardus besar, dituliskan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi, sedangkan untuk potongan kardus kecil, dituliskan jawaban dari setiap pertanyaan tersebut. 

pelatihan pembuatan media pembelajaran
guru-guru antusias mengikuti pelatihan dari Guru SGI


pelatihan pembuatan media belajar di MIN Mola, Kab. Wakatobi

Dalam penerapannya dikelas, peserta didik diminta untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan tersebut dengan memutarkan potongan kardus kecil yang berada diatas potongan kardus besar. Mereka harus mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan yang sudah ada. Kunci dari media pembelajaran ini yaitu jika jawaban siswa benar, maka warna kertas pada potongan kardus berisi pertanyaan dan kardus berisi jawaban adalah sama. Bisa dicoba, dijamin peserta didik semakin semangat belajar. Selamat berkreasi dan bertransformasi menjadi guru yang kreatif. 
Pelangi Putar : Media Pembelajaran dari Kardus bekas

belajar bahasa inggris dengan pelangi putar

asiknya belajar bahasa inggris dengan media keatif

 Let's be a `creative teacher..^^

Memupuk Sebuah Keyakinan

- Aku selalu berusaha meyakinkan diriku bahwa kamulah yang terbaik untukku

- Aku mencoba meyakinkan orang-orang disekitarku, bahwa kamulah yang memang pantas mendampingiku

- Aku selalu yakin bahwa inilah cinta sempurna yang selama ini kurindukan

- Aku meyakinkan diriku bahwa tak ada yang perlu kuragukan dari cintamu

- Aku selalu yakin bahwa kau memang tercipta untuk menjadi imamku dan pendampingku

- Aku meyakinkan diriku bahwa aku pun merasakan hal yang sama denganmu

Ah..ini tentang memupuk sebuah keyakinan. Meski aku tahu banyak godaan yang berusaha merubuhkan keyakinanku ini. Semoga keyakinan ini terus bersemayam dalam diri, walau ku tahu ini tak akan mudah tuk dihadapi.

Need your Guide, My Lord

(a&a)

Tentang JODOH


"Jodoh itu misteri dan ia adalah Rahasia Ilahi"

  • Meski keluarga dari kedua belah pihak telah bersepakat  untuk menjodohkan anak-anaknya, tapi jika tak ada izin dariNya, mereka pun tak akan dipersatukan.
  • Sebesar apapun cinta seseorang kepada orang yang diidamkannya, jika Allah tidak berkehendak, maka jodoh pun tak dapat diraih.
  • Sekuat apapun kamu menghindar dari orang yang tidak kamu cintai, jika Allah sudah mentakdirkan dia adalah jodohmu, maka kamu pun tak bisa lari dari takdir itu. (but how could we marry with someone who never we love?.. that's my question 
  • Bagaimanapun manusia berusaha memisahkan 2 insan yang saling mencintai agar mereka tidak bersatu, tapi jika Allah berkendak tuk menyatukan mereka, maka tak ada yang bisa melawan kehendakNya.
  • Hanya Allah yang pantas menilai kecocokan dan kepantasan jodoh seseorang


Ya, jodoh itu penuh misteri.
Jodoh itu banyak pilihannya, maka pilihlah yang terbaik menurutmu dan bisa membuatmu bahagia, tidak hanya untuk dunia mu tapi juga tuk akhiratmu. 
Meski jodoh adalah rahasiaNya, tapi kita sebagai hamba berhak mengupayakannya. Kita punya hak untuk memilih dengan siapa kita ingin berjodoh. Allah hanya menentukan dan memberikan keputusan.

"Profesor" saya selalu bilang, jodoh itu bisa diciptakan, yaitu dengan memastikan bahwa apa yang kita kerjakan juga dilakukan oleh orang yang kita targetkan. Misalkan, jika kita rajin ngaji maka pastikan pula bahwa dia juga rajin ngajinya. Pun juga sebalinya, jika orang yang kita incar rajin tahajjudnya, maka kita pun harus melihat apakah kita rajin tahajjud atau tidak.

Jodoh itu cerminan diri kita. Maka pantaskan diri agar mendapatkan orang yang memang pantas mendampingi kita.

Semoga kita semua dipertemukan dengan jodoh yang terbaik dan sesuai dengan harapan kita. Aamiin.

(a&a)


Jumat, 20 Juni 2014

3 Hari 3 Malam Menjelajah Pedalaman Buton

at Kapal ferry-Menyebrang dari Pelabuhan Bau-Bau ke Pelabuhan Wamengkoli

Selasa, 17 Juni 2014
Ah..saya benar-benar dilanda galau. Bingung. Antara jadi pergi atau tidak ke Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Ditambah lagi 2 orang teman saya yang ditugaskan di Kabupaten Wakatobi tidak jadi ikut, itu artinya saya sendiri yang pergi. Tapi, saya pun memberanikan diri untuk pergi sendiri. Itung-itung nambah pengalaman. “Tak masalah, tanpa mereka saya pasti bisa”, saya membatin. 

Tapi, ternyata kepsek saya juga mau pergi menyebrang ke Bau-Bau, di Pulau Buton. Dan saya pun pergi menyebrang dengan beliau. Ah..awalnya kan pengen sendiri. Tapi kepseknya ngajakin buat bareng .
Selasa malam sudah mulai menyebrang dari pelabuhan Wanci (Wakatobi) ke pelabuhan Murhum (Bau-Bau) ditempuh selama sekitar 8 jam dengan kapal kayu. Bulan-bulan ini ombak sedang gede-gedenya, angin pun berhembus dengan kencangnya, kalau di Wakatobi disebut dengan badai angin timur. Goyangan kapal yang saya tumpangi luar biasa kerasnya, serasa seperti diayun. Kalau goyangananya sih gak masalah, tapi pusingnya yang  gak nahan. Karena perjalanan malam, biasanya tidur di kapal, menghindari mabuk laut. Tapi, karena goyangannya yang besar, saya pun agak kesulitan untuk memejamkan mata. Susah sekali rasanya untuk tertidur pulas. Setelah beberapa menit bergulat dengan rasa yang tak karuan, akhirnya saya pun tertidur. 

Sebelum jam 5 pagi, saya sudah terbangun, hendak ke kamar mandi yang ada di lantai dasar kapal. Tapi, saya mulai oleng, gak kuat rasanya, lalu saya kembali lagi menuju tempat semula. Tidur kembali.
Sekitar jam 7 pagi, kapal mendarat di pelabuhan Murhum. Untunglah dikapal ketemu dengan salah satu rekan guru, dia menawarkan saya dan pak kepsek tumpangan gratis  di mobilnya menuju rumah saudara induk semang saya. Disana hanya sebentar saja, lalu team leader  SGI 5 yang biasa kami panggil Bang Ki datang menjemput sekalian pergi ke tempat rental mobil.

Rabu, 18 Juni 2014
Di rumah saudara induk semang ini, saya disambut dengan secangkir teh hangat, dan juga ketemu dengan bapak semang yang sudah terlebih dahulu menyebrang, karena ada acara keluarga. Sempat juga minum jamu 2 gelas, kebetulan ada pedagang jamu yang lewat. Aaahh..sudah lama gak pernah minum jamu lagi.
Setelah istirahat sebentar di rumah saudara induk semang, aku dan Bang Ki pun bergegas menuju tempat rental mobil. Siangnya kami sudah meluncur ke Pelabuhan, menunggu kedatangan anak-anak SGI 6 yang menyebrang dari Kabupaten Bombana.  Sekitar jam 1 siang, mereka sudah tiba di pelabuhan Bau-Bau. Dari pelabuhan ini kami mampir di sebuah rumah makan yang jaraknya gak terlalu jauh dari pelabuhan. Saya memesan sop Konro (Kalo di Lombok disebut sop Bebalung). Tapi rasanya tak senikmat dan seenak bikinan ibu di rumah. Saya pun tak menghabiskan sop konronya, nasinya pun hanya beberapa sendok saja saya kunyah. Di Bau-Bau ini akan banyak dijumpai anjal (anak jalanan), baik yang mengemis ataupun yang berjualan. Kalau untuk anak yang mengemis, saya tidak pernah mau ngasi duit, nanti mereka jadi terbiasa meminta-minta. Tapi kalo untuk yg jualan, saya pasti beli. Setelah dari sana, kami langsung ke Lipu, singgah di rumah rekan guru untuk nitip barang dan istirahat sejenak. 

Sore harinya pergi berkunjung ke Benteng Keraton Bau-Bau, yang merupakan benteng terluas dan terbesar di dunia. Ini kali kedua saya mengunjungi tempat ini. Setelah  puas berfoto, perjalanan dilanjutkan ke Pasarwajo. Melewati jalanan berkelok-kelok, mirip seperti perjalanan ke Pusuk, Lombok Utara. Dan ini pun kali kedua juga saya ke Kota Pasarwajo ini. Jaraknya sangat jauh dari Kota Bau-Bau. Berpuluh-puluh kilometer. Sebelumnya aku dan  Bang Ki berembug, gimana bagusnya, apakah pergi hari ini atau besok pagi ke Kota Pasarwajonya. Dan kesepatan pun didapat. Takut kalo paginya keburu waktu, perjalanan ke Pasarwajo pun langsung hari itu juga. Disamping itu juga supaya perjalanan bisa lebih santai, karena waktu ke Pasarwajo sebelumnya, Bang Ki ngebut banget bawa mobilnya, saya pun sampe muntah 3 kali. Berkali-kali minta berhenti dijalan, karena gak kuat dengan mabuk nya. Di pasarwajo, kami tiba malam hari.
Anak-anak SGI 6 penempatan Sulawesi Tenggara berjumlah 5 orang. Tapi mereka terpisah di 2 Kabupaten yang bersebrangan, terpisah laut. 3 orang di Kabupaten Bombana, dan 2 orang di Kabupaten Buton. Nah 2 orang inilah yang kami antar menuju daerah penugasan mereka. Direktur SGI pun ikut dalam perjalanan ini, sebagai perwakilan dari pengelola yang mengantar anak-anak SGI. Dan ini pertama kalinya Pak Direktur menginjakan kaki di Sulawesi Tenggara. Sebab itulah dari pihak SGI, meminta bantuan SGI 5 sebagai tour guidenya. Saya juga sebenarnya belum hapal jalan-jalan yang ada di Pulau Buton ini, tapi untunglah ada Bang Ki, team leader SGI yang multitalented, sangat bisa diandalkan. Heee…. Jadi di mobil ini kami ber 5 orang. Sebelum sampai ke tempat penginapan, kami mampir ke Rumah Makan untuk makan malam. Tapi, saya tidak terlalu lapar, karena masih kenyang dengan sop konro tadi siang. Saya pun hanya memesan jus apel dan  cap-cay goreng tanpa nasi. 

Sekitar  pukul 9 malam lewat, kami sudah sampai di rumah penginapan, di rumah seorang rekan juga, kami memanggilnya Ibu haji. Beristirahat sejenak sebelum kembali melanjutkan perjalanan. 


Kamis, 19 juni 2014
Malam berganti pagi, setelah bersiap-siap dan sarapan, kami langsung meluncur ke Kantor Diknas dan Kemenag untuk serah terima Guru SGI. Karena di Diknas kami gak ketemu dengan Kadisnya, kami pun langsung ke Kemenag. Ini pertama kalinya ke Kemenag, tempatnya berada di dataran tinggi Pasarwajo. Jadi ketika berada dikantor ini, serasa berada di villa. Seluas mata memandang melihat perbukitan hijau. Lahan ini memang masih belum banyak bangunannya, makanya ditempatkan banyak bangunan kantor baru di kawasan ini. Di Kemenag inipun kami gak bisa ketemu dengan Kakanmenag nya, karena beliau sedang berada di Kota Bau-Bau, di Kantor kemenag yang lama. Kami kembali lagi ke Kantor Diknas. Disini lagi-lagi kami belum bisa ketemu dengan Kadisnya. Staf disana meminta kami untuk menghadap ke Pak Usman, selaku Kabid Dikdas (Kepala Bidang Pendidikan Dasar), tapi Pak Usman pun lagi sibuk rapat kantor Bupati Buton. Kami pun menyerahkan surat serah terima nya melalui staf yang ada.  Sebelumnya kami juga berkunjung ke Polres untuk melapor. Tapi kata polisi yang bertugas, kami diminta untuk mengurus di Polres yang ada di Bau-Bau. Untuk wilayah administratif memang mengurusnya di Polres Pasarwajo, tapi untuk wilayah hukum mengurusnya harus ke Polres Bau-Bau. 

Dari Pasarwajo ini perjalanan dilanjutkan kembali ke Bau-Bau, untuk ketemu dengan Pak Muhtar, selaku Kakanmenag dan juga berkunjung ke Polres Bau-Bau. Sesampainya di Kemenag, kami disambut hangat oleh Kakanmenag nya. Beliau juga mengajak kami makan siang bersama. Usai dari sana, kami singgah di sebuah masjid untuk menunaikan shalat dzhur. Setelah shalat kami langsung menuju ke Polres. Nah disini kami mulai berkelililng cari alamat Polres nya. Nanya berkali-kali. Dan setelah muter2 akhirnya sampai juga di Polres. Disana hanya sebentar saja. 

Perjalanan kembali dilanjutkan, kali ini mengantar anak-anak SGI ke tempat penugasannya yang berada di pulau seberang, jadi mesti menyebrang dulu dengan kapal ferry. Sebelumnya pergi ke Lipu dulu untuk mengambil barang yang dititip. Penyebrangan kapal ferry sekitar pukul 16.30 wita. Masih ada waktu satu jam. Dan kami manfaatkan untuk singgah sebentar di taman kota Bau-Bau sembari minum es teller.
Pukul 16.00 kami sudah bersiap ke pelabuhan Murhum, tapi melalui gerbang disebelah kanan, gerbang untuk kapal ferry. Penyebrangan sekitar 20 menit. Ongkos hanya 8 ribu perorang, sedangkan untuk mobilnya 110 ribu. Setelah menempuh perjalanan laut, sampailah di daratan Muna, tempat penugasan anak-anak SGI 6. Tapi, perjalanan belum selesai. Kami harus melewati jalanan yang penuh dnegan debu dan lubang ada dimana-mana. Benar-benar kawasan 3T. debunya pun sangat tebal, saking tebalnya, dau-daunan yang ada dipinggir jalan warnanya sudah berubah kecoklatan tertutup debu. 

Perjalanan ini memakan waktu sekitar 2 jam, tapi ini baru satu daerah penugasan. Tempatnya ada di Kecamatan Lakudo. Disini kami hanya sebentar saja, serah terima dengan  kepsek Madrasahnya. Lalu perjalanan kembali berlanjut menuju kecamatan Gu, jaraknya sekitar 7 kilo dari tempat pertama.  Ini pun baru sampai di rumah dinas lama Kepsek. Singgah sebentar untuk serah terima juga. Supaya tidak kemalaman sampai daerah tujuan, kami bergegas malam itu menuju desa Rahia, sekitar 6 kilo lagi. Jalanan disini sangat sepi dan gelap. Hanya mobil kami saja yang lewat. Di kanan kiri jalan kami hanya melihat semak belukar. Jarak kampung satu dengan yang lainnya pun lumayan jauh.
Sekitar pukul 9 malam, kami tiba di tujuan akhir. Alhamdulillah sampai juga. Karena capeknya, kami pun langsung tepar. Tak sempat mandi dang anti baju. Daki di badan mungkin udah setebal 3 cm. hahahaa…. 

Jum’at, 20 juni 2014
 Pagi-pagi saya sudah mandi. Setelah sarapan dengan menu alakadar, pukul 5.30 kami sudah  harus berangkat menuju pelabuhan Wamengkoli karena direktur kami mengejar kapal cepat yang akan menuju ke Kendari. Sekitar setengah jam, kami sudah tiba di pelabuhan, mengantar direktur terlebih dahulu menyebrang. Sedangkan saya dan bang Ki menyebrang di kapal yang selanjutnya pada pukul 8.30. 20 menit penyebrangan dilalui. Kami kembali lagi ke Lipu, mengambil barang yang tertinggal. Pukul 11 pagi, sudah berangkat lagi, mengantar mobil rental. Saya dan Bang Ki berpisah di depan Universitas Muhammadiyah Buton (UMB). Bang Ki pergi ke tempat rental, setelah itu baru berangkat balik lagi ke Muna. Sedangkan saya, rencananya malam ini mau balik ke Wakatobi, tapi karena kondisi badan masih belum memungkinkan, jadi nyebrangnya ditunda. Un tunglah ada teman yang tinggal dekat dari Kampus UMB. Menginap semalam dulu disini. Rencana nya juga mau balik ke Wakatobi pakai Kapal Cantika, supaya lebih cepat sampai, tapi memang sedikit lebih mahal. No Problemo. Pengen menikmati suasana rame Kota Bau-Bau dulu sebelum terasing kembali di daratan Wakatobi. Hee…. Di sekolah juga sudah akan mulai libur. 

Aahh…rasanya hidung saya mulai meler, tenggorokan juga mulai kering karena melewati jalanan berdebu.  3 hari 3 malam menjelajah pedalaman Buton. Sungguh pengalaman yang luar biasa. Dan alhamdulillah saya pun gak sampai muntah-muntah dalam perjalanan panjang ini. Hanya sedikit pusing saja. Padahal dulu ketika pergi ke Tangerang dari Bogor yang hanya menempuh waktu satu jam, saya sudah muntah-muntah.
Bisa karena biasa. Karena alasan muntah-muntah dan sering pusing itulah yang memacu dan memicu saya untuk bisa menaklukkannya. Hahaaa… :) :)  n I can do it.  It was amazing experience.  

Selasa, 03 Juni 2014

Semangkuk Bubur Kacang Hijau



Malam itu perutku terasa begitu keroncongan. Setelah selesai mengajar anak-anak mengaji, aku langsung istirahat. Awalnya hendak langsung makan, tapi karena masih ada tamu yang sedang mengobrol dengan keluargaku diruang makan, aku urungkan niat untuk makan terlebih dulu. Jam menunjukkan pukul 21.15. Rupanya perut sudah tak bisa diajak kompromi.  Setelah tamu pulang aku pun  menuju dapur. Tapi nasi hanya sedikit. Bapak angkatku pun belum makan malam. 

Salah seorang temanku mengajakku mencari kasoami (makanan khas yang terbuat dari ubi, biasa dijadikan sebagai pengganti nasi). Hampir semua lapak penjual kasoami dipinggir jalan sudah tutup. Jalanan pun tampak sepi. Setelah berjalan sekitar 15 meter, kami mendapati lapak yang masih buka. 

“Beli”, kataku memanggil penjualnya dari luar. Kalau di lapak ini memang tidak dijaga setiap waktu, jualan dilepas di atas teras tinggi yang ada di depan rumah. 

Tampak seorang wanita berjilbab keluar dan menghampiri kami yang berdiri disamping lapak. 

“Beli apa”, tanyanya. Di lapak itu juga tak hanya menjual kasoami, tapi juga makanan lainnya seperti roti goreng, roti panggang dan pisang molen.

“Beli kasoaminya, Bu”, jawabku singkat.

“Tunggu sebentar, saya ambilkan kantong dulu”, dia lalu kembali masuk kedalam rumah, mengambil kantong plastik.
Beberapa menit kemudian ibu itu keluar dan memasukkan kasoami ke dalam kantong plastik yang sudah diambilnya. 

“Eh Ibuguru padahal”, katanya sambil menyodorkan plastik berisi kasoami itu, menyadari bahwa yang membeli kasoaminya adalah aku.
Karena cahaya lampu yang tak terlalu terang, aku pun juga baru menyadari kalau Ibu itu adalah orang tua dari salah satu muridku. 

“Ibuguru tidak ambil bubur?”, tanyanya menawariku bubur kacang hijau yang ada di dalam sebuah wadah tertutup, sebuah wadah yang biasa dijadikan tempat menyimpan nasi oleh pedagang nasi agar nasinya tetap hangat. Wadah itu  masih diletakkan di depan pintu masuk, dekat dengan lapak tadi. 

“Lain kali saja Bu”, kataku. 

“Sekarang saja Buguru. Ini saya baru pulang dari pasar”, katanya sambil membuka tutup wadah bubur kacang hijaunya. Tanpa menunggu kata dariku,  dia lalu kembali masuk kedalam rumah, hendak mencari wadah untuk tempat bubur yang akan diberikan padaku. 

Di tempatku bertugas saat ini, di Pulau Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi terdapat 3 pasar utama, yaitu pasar sentra, pasar pagi dan pasar malam, belum lagi dengan lapak-lapak yang dibuka disepanjang jalan. Rupanya ibu tadi baru saja pulang dari pasar malam, menjual dagangannya, motornya pun masih terparkir dipinggir jalan. Buru-buru dia menuangkan bubur kacang hijau kedalam mangkuk plastik besar, mungkin takut nanti kalau aku menolak tawarannya lagi. Semangkuk bubur kacang hijau yang mungkin bisa disantap untuk 6 orang. 
“Ini Buguru, dibawa saja dulu sama wadahnya”, katanya sambil menyodorkan mangkuk besar itu.
Setelah mengucap terimakasih, kami langsung pulang dengan membawa kasoami dan bubur kacang hijau. Ini bukan pertama kalinya aku mendapatkan kebaikan dari Ibu tadi. Jika aku membeli pisang molennya, dia pun akan memberikan tambahan untukku.  Dia juga seringkali menawariku dagangan yang sedang digorengnya jika aku berjalan-jalan disore hari. 

Keberkahan yang aku dapatkan tidak hanya itu saja dan tidak hanya dari satu walimurid. Aku juga pernah diberikan kangkung oleh walimurid yang rumahnya berdekatan dengan sekolah. Aku pun seringkali ditawarkan, “Buguru, kalau mau masak kangkung, ambil saja disini”. Ditempatku ini sayur mayur merupakan barang mahal. Satu ikat kecil kangkung dihargai 5000 rupiah, kalau di Lombok mungkin hanya 2000 rupiah.  Aku juga pernah ditawari Ikan oleh mamanya Rudi, murid baruku  yang baru saja masuk sekolah  setelah 1 tahun lebih tak pernah sekolah lagi disekolahnya yang dahulu. Salah seorang walimurid juga menyuruhku untuk memilih sepatu mana saja yang aku mau, karena dia merupakan salah satu penjual sepatu terlaris dan terkenal di Pulau Wangi-Wangi ini. 

Tak hanya dari walimurid, dari orang-orang sekitarku pun aku kerap mendapatkan kebaikan dari mereka. Waktu itu aku hendak membeli pisang molen, salah seorang bapak yang biasa berkunjung kerumah tinggalku kebetulan lewat, lalu kupanggil, hendak menawarkan pisang molen padanya, tapi  malah dia yang membayarkan pisang molen itu untukku, padahal niatnya aku yang akan membelikan untukknya. 

Saat aku mengirim laporan bulanan,netbook ku tiba-tiba saja rusak, tak bisa mendeteksi sinyal wifi. Aku hampir saja tak bisa mengirim laporan padahal sudah deadline. Untunglah ada orang baik yang meminjamkanku laptopnya untuk kugunakan sehingga akupun bisa mengirim laporan. 

Di bulan yang berbeda juga, masih pada saat hendak mengirim laporan, netbook ku lowbat, aku lupa menchargenya.  Mau balik  kerumah, jarak tempat hotspotnya cukup jauh dari rumah. Di tempat hotspot itu juga tak ada colokan listrik, karena area hotspot itu merupakan fasilitas publik sebuah taman kota yang lokasinya  berada di kawasan yang sepi penduduk. Di dekat area hotspot itu ada sebuah rumah kos-kosan yang juga masih jarang  penghuni. Alhamdulillah di rumah kos itu ada orang yang berbaik hati memberikanku tumpangan listrik untuk mencharge netbookku. Akupun bisa mengirim laporan bulanan. Dan masih banyak lagi kebaikan-kebaikan lainnya yang kudapatkan. Semoga Allah membalas kebaikan-kebaikan orang-orang baik yang telah berbuat baik padaku. Aamiin allhumma aamiin.

********************************************
Profesi menjadi guru memang tidak menjanjikan kemewahan. Dari segi materi tentulah masih sangat jauh dari kata layak jika dibandingkan dengan profesi lainnya, sehingga banyak guru yang juga bekerja serabutan demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Tapi, ada satu hal yang mungkin tak disadari, bahwa banyak keberkahan hidup yang kita dapatkan menjadi seorang guru. Banyak orang-orang sukses yang terinspirasi oleh motivasi yang diberikan gurunya. Dan bagi mereka, sosok guru memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam hidup mereka. Tak hanya bagi anak didik, pun juga bagi orangtua anak didik kita. Meski kita sudah tidak mengajar anaknya lagi, karena anaknya sudah lulus dari sekolah tempat kita mengajar, mereka akan selalu mengingat, “Oh itu gurunya anak saya”. Mereka akan selalu mengenang kita dengan satu kata,--- “GURU”---, meski mungkin nanti kita sudah tidak ada di dunia ini.

Semoga kita bisa selalu menjadi guru yang disayang, dicinta dan disenangi oleh masyarakat dimanapun kita berada. Menjadi seorang guru yang menginspirasi.  Aamiin…

#Berkah_Jadi_GURU