Bakso
merupakan salah satu makanan yang paling digemari oleh orang Indonesia. Bakso menjadi menu andalan dikala lapar
melanda. Selain harganya ekonomis, rasannya yang maknyos, juga sangat cocok
disantap kapan saja, apalagi pada malam hari dan ditambah dengan senandung dari
hujan,, cihuyy makin mantaaapppp. Perpaduan bahan-bahan yang terdiri dari
karbohidrat, protein, lemak, ditambah
dengan campuran lainnya seperti sayur, tomat, telur dan bahan-bahan lainnya
menjadikan menu ini memiliki gizi yang baik untuk kesehatan.
Hmm..membahas
tentang bakso, akupun tertarik untuk melakukan eksperimen. Umumnya bakso dibuat
dari daging sapi, tapi karena didaerah tempat penugasanku saat ini, yaitu di
Wakatobi sangatlah susah mendapatkan daging sapi, aku pun menggunakan ikan sebagai
bahan pengganti daging sapi. Dengan
banyaknya pantai yang ada di Wakatobi, karena terdiri dari banyak pulau kecil, membuat kabupaten ini kaya akan hasil lautnya,
salah satunya adalah ikan.
Setelah
mencari cara membuat bakso ikan di Internet, aku kemudian mencari ikan dipasar,
ditemani seorang kawan. Kalau dari informasi di Internet, untuk membuat bakso
ikan yaitu menggunakan ikan tenggiri. Tapi ketika aku cari dipasar, ikan
tenggirinya belum ada. Aku pun memilih ikan tongkol sebagai alternatifnya.
Kalau di Wakatobi disebut ikan Balaki.
Harganya sangat murah. Ada sekitar 20 ekor, hanya 5 ribu rupiah saja. Murah
banget kan…. Maklum Wakatobi adalah gudangnya ikan. Saat itu juga pasokan ikan
sedang banyak-banyaknya.
Aku
juga mencari bahan-bahan lainnya. Setelah semua bahan didapat, kami bergegas
pulang dan langsung mulai bereksperimen. Di Wakatobi hanya beberapa saja kita
bisa temukan warung bakso, di pulau tempatku tinggal , yaitu di Pulau
Wangi-Wangi penjual bakso bisa dihitung jari.
Kita bisa mendapatkan dengan mudah warung bakso ketika pergi ke Pasar
Sentra. Disana ada sekitar 3 warung bakso.
Selain
ingin bereksperimen, hari ini juga bertepatan dengan hari ulathku yang ke 24.
Wow,,, umur udah hampir seperempat abad. Di hari yang spesial ini aku ingin
membuat sesuatu yang spesial pula, maka kubuatlah bakso ikan spesial.
Hari
itu aku juga mengundang rekan-rekan mengajarku (guru-guru MIS AL IKHLAS) untuk
datang ke rumah, menyantap bakso rame-rame. Aku menunggu kedatangan mereka seharian.
Tapi karena cuaca yang tidak mendukung, hujan turun dari siang hari hingga
malam, sehingga hanya satu orang saja guru yang hadir. Tapi, meski begitu, tak
mengurangi kebahagiaan yang kurasa. Malam itu ditemani dengan keluarga induk
semangku dan juga anak-anak mengajiku, kami menyantap hidangan special itu
bersama-sama, tak lupa juga dengan ikan bakar, kasoami dan sambal colo-colo
(sambel tomat mentah).
Aku
merasakan kebahagiaan yang teramat sangat. Selain masih diberikan kesempatan hidup
untuk bisa berbuat lebih banyak hal yang bermanfaat, miladku kali ini juga
dikelilingi oleh orang-orang special, meski baru beberapa bulan saja aku
mengenal mereka. Ya, murid-murid mengajiku, bagiku mereka adalah orang-orang
special. Irfan, Ifi dan Riski, mereka murid mengajiku yang setia menemani
hari-hariku. Hampir tiap malam tak pernah kurasakan kesepian. Mereka selalu
datang kerumah untuk mengaji dan belajar.
Seperti
malam ini, pada saat hari miladku, setelah selesai mengaji aku mengajak mereka
untuk makan bersama-sama. Meski mungkin dengan hidangan sederhana, tapi terasa
begitu spesial. Tampak mereka begitu lahap menyantap bakso yang kubuat, apalagi
Irfan, tanpa malu-malu langsung menyikat habis bakso yang ada di hadapannya.
Mereka juga meminta nambah lagi. Hidangan yang di piring-piring sudah habis tak
bersisa dalam sekian menit. Aku senang melihat mereka dengan lahapnya makan.
Aku juga tertawa melihat aksi polos Irfan saat kususapi kasoami dan ikan bakar.
Irfan adalah siswa kelas 1 SD, Ifi siswi
kelas 5, sedangkan Riski siswi kelas 6, rumah mereka dekat dari rumahku.
Sebelumnya
siang harinya aku juga menyuapi ibu (induk semangku) dengan bakso yang baru
selesai kubuat. Aku meminta beliau mencicipinya. Aku pun di doakan olehnya,
entah doa apa yang beliau bacakan untukku, tapi beliau terlihat begitu khusyu
dan tulus saat mendoakanku. Semoga apapun doa beliau, bisa terkabulkan dan
pastinya yang terbaik untukku. Aamiin.
Keesokan
harinya, aku membawa satu toples kecil bakso yang akan kubagi pada guru-guru
rekan mengajarku. Mereka terlihat begitu menikmati bakso itu dan salah satu
dari mereka memintaku kembali untuk membuat bakso jika nanti aku punya waktu
luang.
Saat
tiba disekolah, tak banyak guru yang kutemui. Rupanya ada 2 orang guru yang sedang
pergi ke pasar. Ketika aku sedang mengajar dikelas 5, salah seorang guru
membuka pintu dan bertanya padaku,
“mba
Alan, berapa ukuran sepatu kita?”
Aku
tampak sedikit bingung, dan bertanya dalam hati, ada apa ya.
“mm,,36
pak”, jawabku singkat.
“terimakasih”,
katanya sambil menutup kembali pintu.
Selesai
mengajar, aku biasanya langsung ke ruang guru. Tapi, masih sepi juga. Beberapa
saat kemudian, seorang guru masuk dengan membawa 2 buah kado dan memberikanku
ucapan selamat. Dialah mba Safi, guru senior di sekolah tempatku mengajar tapi
umur kami hampir sama. Di salah satu kado tertulis “Selamat ulang tahun Mba. Dari
Mama Anas”. Kado itu dari Ibu Rudu, guru senior yang kini usianya sudah
tidak muda lagi. Satu kadonya lagi dari Mba Safi, Kado itu dibungkus sangat
rapi, aku pun membukanya dengan hati-hati. Isi kadonya adalah sepatu berwarna
coklat dan satu kadonya lagi berisi sandal berwarna coklat juga. Pada hari berikutnya, aku juga mendapatkan
kado dari murid-muridku. Ada yang memberikan kue-kue dan juga bros. Tak lupa
kuucap terimakasih pada mereka yang telah baik padaku dan berucap syukur pada
Allah karena telah menghadirkan orang-orang baik di sekelilingku.
Selalu
ada kebahagiaan ketika kita berbagi. Kebahagiaan yang mungkin tak dapat
dilukiskan dengan kata-kata. Inilah mungkin maksud Allah kenapa Ia menyuruh
hambaNYa untuk senantiasa berbagi pada
sesama. Orang yang selalu berbagi Insyaallah segala urusannya akan
dipermudah olehNYA. Semoga kita bisa menjadi insan-insan yang selalu gemar
berbagi. Aamiin.
Meski
jauh dari keluarga di kampung halaman, tapi Insyaallah kebahagiaan kan selalu ada di hati ini.
@Kampung
Woua, Kab. Wakatobi
Ahad,
23 Februari 2014
(tepat
satu tahun bertambah usiaku, pertama kalinya merayakan hari milad di tanah
Rantau)
*kata “kita” kalau di Sulawesi merupakan sapaan
sopan untuk orang yang diajak bercakap, seperti orang Lombok yang bilang “side”
ke orang lain.
saat menyuapi Irfan dengan Kasoami dan Ikan ^^ |
walau sederhana tapi begitu bermakna.. |
dapet hadiah dari Bu guru Rudu dan Mba Safi |
cihuuyyy...dapet hadiah lagi. kali ini dari Anisa (siswaku kelas 3 SD) |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar