Mengajarkan bahasa inggris untuk anak SD memang bukanlah perkara mudah, apalagi untuk siswa-siswa yang berada di daerah pelosok negeri yang belum pernah sama sekali mendapatkan materi Bahasa Inggris. Akan sangat asing bagi mereka. Aku pun harus berusaha menyajikan media dan metode menarik dan menyenangkan, yang bisa menarik minat belajar mereka. Karena kalau tidak seperti itu, mereka tidak akan bersemangat dalam belajar.
Seperti
hari ini, aku memulai pelajaran dengan apersepsi menggunakan brain gym, uji
konsentrasi. Aku menggunakan permainan OPEN CLOSE. Jika aku menyebutkan kata
OPEN, siswa harus membuka telapak tangannya yang diangkat keudara, dan jika aku
sebutkan kata CLOSE, telapak tangan harus ditutup. Agar suasana kelas lebih hidup,
aku pun mengadakan kompetisi. Kubagi mereka menjadi 5 kelompok, sesuai dengan
deret bangku mereka. Kelompok yang paling kompak dalam mengikuti instuksi, akan
mendapatkan bintang. Mereka pun berlomba untuk menjadi kelompok terkompak. Cara
ini berhasil membuat mereka menjadi lebih tertib dan tenang. Dengan cara
seperti ini mereka mau mengikuti
instruksi yang kuberikan. Brain gym ini menimbulkan gelak tawa diantara mereka
jika ada temannya yang tidak kompak denagn kelompoknya.
Yusril
dan Riko, keduanya merupakan siswa yang memiliki semangat belajar rendah. Tapi
kali ini mereka begitu bersemangat, apalagi ketika kuajak berkompetisi. Kini
aku paham apa yang mereka inginkan, aku
berharap bisa menemukan cara yang lebih efektif lagi dalam menaklukkan mereka
agar kesadaran belajar itu benar-benar berasal dari diri mereka.
Sudah
mulai terlihat perubahan dari mereka. Riko hari ini terlihat lebih rajin. Tanpa
kuminta dia membersihkan meja dan tempat dudukkuketika aku memasuki kelas. Aku
pun juga menunjukknya sebagai salah satu anggota “seksi keamanan”. Sudah mulai
terlihat banyak perubahan darinya. Dia sudah mulai bertanggungjawab. Dia pun
tidak terlalu hiperaktif seperti sebelumnya. Ketika kutunjuk menjadi seksi
keamanan, kuingatan padanya agar bisa memberikan contoh yang baik untuk
teman-temannya. Dia pun mematuhi. Terlihat dia mulai tertib dikelas, meski
kadang dia masih belum bisa mengontrol emosi dan egonya. Tapi, bagiku itu
merupakan suatu prestasi. Ketika ada temannya yang ribut , maka dia akan
mengingatkan temannya untuk tenang dengan cara mengangkat kedua tangan diudara,
membentuk seperti payung (simbol untuk diam), seperti yang sudah kucontohkan di
depan kelas ketika suasana kelas mulai tak terkendali.
Demikian
juga halnya denagn Yusril. Dia mulai terlihat rajin ketika aku mengajaknya
menempelkan salah satu display, tentang cita-cita. Dia pun mulai aktif
mengikuti pelajaran dieklas, meski kadang masih suka meledek dan mengganggu
teman-temannya.
Yusril
dan Riko, merupakan contoh siswa yang sebenarnya memiliki keunikan tersendiri. Mereka
bukan tidak mau belajar, hanya saja mereka mengingkan adanya media dan metode
menarik, kreatif dan inovatif. Dengan begitu, mereka dengan sukarela mengikuti
pelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar