Selasa, 03 Juni 2014

Suatu Pagi di Ruang Guru


Pagi itu aku sedang asyik duduk di belakang meja salah satu guru sambil membaca sebuah buku pendidikan. Ketika sedang asyik membaca,salah seorang guru laki-laki mengajakku mengobrol.


“Alan, jangan baca terus, ayo kita mengobrol dulu, dari tadi saya lihat kita baca terus”

“Gak ada yang dikerjain Pak, makanya saya baca buku”, kataku  tersenyum.

“Kalau begitu saya mau ikut baca buku ah”, katanya sambil mengambil salah satu buku yang ada di atas meja. Tapi hanya sebentar saja, buku itu dilepasnya kembali.  Dia pun pergi berlalu ke kelasnya  untuk mengajar. 

Aku memang sengaja membawa buku ke sekolah untuk kubaca, buku yang kubeli di Depok beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Wakatobi. Membaca buku bisa mengisi waktu luang bagiku daripada hanya mengobrol obrolan yang menurutku kurang penting. Aku juga sering bingung jika sudah berada di ruang guru, pasalnya mereka selalu mengobrol menggunakan bahasa daerah mereka. Dua bulan sudah aku tinggal di Wanci ini, tapi aku belum bisa bahasa daerahnya. Entahlah, aku merasa malas saja untuk mempelajari bahasa daerah disini, padahal sewaktu aku tinggal di Tasikmalaya, baru satu minggu saja aku sudah bisa berbahasa Sunda, meskipun "sealit-sealit".. hee 

Selang beberapa menit, seorang guru senior yang sudah paruh baya masuk ke ruang guru. Beliau duduk dengan salah satu guru muda, kemudian berdiri menghampiriku yang masih asyik membaca,

“mba alan, boleh saya nanya?”, kata beliau sambil berdiri di depan meja tempat ku duduk.

“boleh”, kataku.

“mmm..begini mba alan, kita ada ikut organisasi tidak?”

Aku sempat berfikir sejenak. Memahami maksud dari pertanyaan itu. 

“Organisasi apa ya maksudnya, Bu?”, tanyaku bingung.

“ee..semacam majelis taklim mba”, kata beliau mencoba menjelaskan.

“Oh..gak Bu, tapi dulu dirumah sering adain pengajian dengan keluarga dan tetangga”, kataku memberikan jawaban.

Dulu memang dirumah sewaktu kakak keduaku belum menikah, sering diadakan taklim dengan para tetangga dan keluarga.
Aku sempat bingung kenapa guru itu bertanya hal itu padaku, mungkinkah karena beliau melihatku berpakaian berbeda dari yang lain. Aku sebenarnya ingin menanyakan alasan pertanyaannya, tapi kuurungkan. Tidak terlalu penting pikirku.

Tapi, rasa penasaranku rupanya lebih besar. Aku pun akhirnya bertanya pada beliau.

“Kalau boleh tau ada apa ya Bu”, tanyaku.

“Ah, tidak ada apa-apa mba, saya pikir kita ikut-ikut majelis taklim begitu”.

Aku pun hanya diam, tersenyum. Entahlah, apapun alasan beliau mengajukan pertanyaan seperti itu, biarlah menjadi obrolan pagi yang hangat dan santai. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar