Pagi itu aku sedang asyik duduk di belakang meja salah satu guru sambil membaca sebuah buku pendidikan. Ketika sedang asyik membaca,salah seorang guru laki-laki mengajakku mengobrol.
“Alan, jangan
baca terus, ayo kita mengobrol dulu, dari tadi saya lihat kita baca terus”
“Gak ada yang
dikerjain Pak, makanya saya baca buku”, kataku
tersenyum.
“Kalau begitu
saya mau ikut baca buku ah”, katanya sambil mengambil salah satu buku yang ada
di atas meja. Tapi hanya sebentar saja, buku itu dilepasnya kembali. Dia pun pergi
berlalu ke kelasnya untuk mengajar.
Aku memang
sengaja membawa buku ke sekolah untuk kubaca, buku yang kubeli di Depok
beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Wakatobi. Membaca buku bisa mengisi
waktu luang bagiku daripada hanya mengobrol obrolan yang menurutku kurang
penting. Aku juga sering bingung jika sudah berada di ruang guru, pasalnya
mereka selalu mengobrol menggunakan bahasa daerah mereka. Dua bulan sudah aku
tinggal di Wanci ini, tapi aku belum bisa bahasa daerahnya. Entahlah, aku
merasa malas saja untuk mempelajari bahasa daerah disini, padahal sewaktu aku
tinggal di Tasikmalaya, baru satu minggu saja aku sudah bisa berbahasa Sunda, meskipun "sealit-sealit".. hee
Selang beberapa
menit, seorang guru senior yang sudah paruh baya masuk ke ruang guru. Beliau
duduk dengan salah satu guru muda, kemudian berdiri menghampiriku yang masih
asyik membaca,
“mba alan, boleh
saya nanya?”, kata beliau sambil berdiri di depan meja tempat ku duduk.
“boleh”, kataku.
“mmm..begini mba
alan, kita ada ikut organisasi tidak?”
Aku sempat
berfikir sejenak. Memahami maksud dari pertanyaan itu.
“Organisasi apa
ya maksudnya, Bu?”, tanyaku bingung.
“ee..semacam
majelis taklim mba”, kata beliau mencoba menjelaskan.
“Oh..gak Bu,
tapi dulu dirumah sering adain pengajian dengan keluarga dan tetangga”, kataku
memberikan jawaban.
Dulu memang
dirumah sewaktu kakak keduaku belum menikah, sering diadakan taklim dengan para
tetangga dan keluarga.
Aku sempat
bingung kenapa guru itu bertanya hal itu padaku, mungkinkah karena beliau
melihatku berpakaian berbeda dari yang lain. Aku sebenarnya ingin menanyakan
alasan pertanyaannya, tapi kuurungkan. Tidak terlalu penting pikirku.
Tapi, rasa
penasaranku rupanya lebih besar. Aku pun akhirnya bertanya pada beliau.
“Kalau boleh tau
ada apa ya Bu”, tanyaku.
“Ah, tidak ada
apa-apa mba, saya pikir kita ikut-ikut majelis taklim begitu”.
Aku pun hanya
diam, tersenyum. Entahlah, apapun alasan beliau mengajukan pertanyaan seperti
itu, biarlah menjadi obrolan pagi yang hangat dan santai. ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar