Minggu, 18 Agustus 2013

Rundown acara perayaan 17an SGI 5

1.       Pembukaan

2.       Pengumuman urutan permainan dan PJ
·         Spoon on the nose (ayu)
·         Makan kerupuk (al an)
·         Main gasing (fitri)
·         Estafet kelereng (niken)
·         Pecah air (ramdhan)

3.       Pengumuman lokasi permainan
·         Spoon on the nose di halaman disekitar  PAUD
·         Makan kerupuk di depan asrama SGI
·         Main gasing di kelas PAUD
·         Estafet kelereng di depan asrama SGI
·         Pecah air  depan asrama SGI

4.       Koordinasi kelompok
·         setiap kelompok diminta untuk menentukan  siapa ketuanya, membuat yel-yel dan ketua kelompok mengarahkan anggota kelompoknya siapa yang menjadi  perwakilan dalam mengikuti setiap mata lomba

5.       Acara Inti (Memulai permainan)

6.       Penutupan
·         Pengumuman pemenang
·         Pemberian hadiah


Bogor, 17 Agustus 2013

Puisi Cinta untuk Ibu



Ibu…
Malam ini aku begitu merindukanmu..
Tak terasa air mata pun jatuh,
Teringat atas sikap tak santun,
Atas lisan tak terpuji,
Yang seringkali mengecewakan hatimu.

Tapi…
Ibu selalu bersikap manis padaku,
Memberikan tutur kata indah,
Bahkan dalam sujud di sepertiga malammu,
Dalam setiap doamu selalu terselip namaku.
Sikap tak santunku selalu kau balas dengan belaian lembut kasih sayangmu,
Tak terkira berapa banyak dosaku padamu,
Ingin rasanya bersimpuh,
Memohon ampun dan maaf,
Tapi aku kalah dengan ego ku.

Ibu…
Semoga Allah selalu melimpahkan Kasih Sayang nya padamu berkali-kali lipat.
Semoga Allah menjadikanmu salah satu bidadari syurganya dalam kehidupan yang sesungguhnya.

Ibu…
Maaf jika “maaf” ku hanya bisa kusampaikan melalui tulisan,
Meski aku tau ibu tak akan bisa membaca tulisan ini,
Meski Ibu tak pandai dalam membaca,
Tapi aku yakin Ibu bisa merasakan ketulusan maafku ini.

Ibu….
Aku akan berusaha untuk bisa menjadi kebangganmu,
Menjadi semangat hidupmu,
Meski belum bisa sepenuhnya kulakukan,
Aku akan tetap berusaha, Ibu.
Kini hanya Ibu yang kupunya,
Setelah kepergian ayah menghadap Sang Khalik,
Aku tahu Ibu pasti kesepian,
Aku pun juga jauh dari sisimu,
Tapi aku tahu tak akan pernah hadir keluhan itu,
Karena Ibu wanita yang tangguh.
Aku Bangga memilikimu.
I MISS YOU n I LOVE YOU, MOM…

Sampai jumpa pada episode kehidupan yang lebih INDAH dan lebih BERKAH.

Bogor, 16 Agustus , 01:13 a.m

REFLEKSI MICRO TEACHING 2 (PEER TEACHING)



Dalam tahapan perencanaan dan pelaksanaanya, micro teaching kali ini dilakukan secara berkelompok, sesuai dengan kelompok pada Bimbingan Akademik, kemudian ada perwakilan satu orang dari setiap kelompok yang bertindak  sebagai guru, dan yang lain ada yang bertugas pada bagian observasi dan bagian dokumentasi. 
 
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terutama berkaitan dengan koordinasi kelompok. Dari hasil evaluasi pada micro teaching ini, masih ada beberapa kelompok yang belum  menunjukkan kerjasama yang baik, dimana terdapat ketidakselarasan antara perencanaan pada RPP dan pelaksanaannya di lapangan. Sebagaimana halnya yang dipaparkan oleh Mba cicih, ada beberapa urutan yang harus diperhatikan dalam pembuatan perangkat pembelajaran, seperti yang digambarkan pada bagan dibawah ini :


 














1.1 Bagan urutan pembuatan perangkat pembelajaran

Komunikasi yang kurang menjadi penyebab utama dalam kurangnya koordinasi kelompok. Beberapa masih terkesan acuh tak acuh dalam mempersiapkan micro teaching ini. Kesungguhan hati belum sepenuhnya terlihat dimana masih banyak yang menganggap micro teaching ini sebagai pengisi waktu kosong, bukan menganggap sebagai proses pembelajaran dan proses latihan sebelum terjun magang. Karna memang pada waktu itu jam yang digunakan untuk melakukan peer teaching ini adalah jam mata kuliah yang diundur waktunya. 

Masih sama seperti pada micro teaching pertama, masih banyak mahasiswa yang belum menjiwai perannya sebagai guru dan masih menganggap audience yang diajar adalah temannya, bukan sebagai muridnya. Meski memang ada beberapa perubahan yang terlihat lebih baik dari micro teaching pertama, yaitu sudah terdapat apersepsi yang bisa membangun motivasi siswa untuk belajar dan juga sudah ada beberapa yang menggunakan model-model pembelajaran yang kreatif dan bermakna, yang disesuaikan dengan materi ajar dan tujuan pembelajaran. 

Dari hasil komentar  dan  evaluasi pihak pengelola, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif, guru hanya sebagai fasilitator. Guru harus menggunakan strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran agar penyampaian materi yang diajarkan bisa diserap dan diterima dengan baik oleh murid, karena tidak ada strategi dan model pembelajaran yang PALING BAGUS.
Secara keseluruhan, micro teaching kali ini memang belum bisa dikatakan lebih baik dari micro teaching  sebelumnya. Semoga dengan berbagai komentar dan masukan baik dari pengelola dan teman-teman bisa menjadi bahan evaluasi dan menjadi penyemangat untuk terus belajar agar bisa memberikan hasil yang lebih baik. Aamiin..

Bogor, 31 Juli 2013

REFLEKSI MICRO TEACHING 1



Pada tahap pertama ini, micro teaching  dilakukan oleh setiap mahasiswa SGI secara individu. Dari hasil micro teaching tersebut, terdapat beberapa komentar dan masukan dari para pengelola SGI (Bapak Asep, Mba Cicih, dan Mba Yuli). Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan hasil micro teaching pertama mahasiswa SGI sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan pada micro teaching selanjutnya.
1.      Perangkat pembelajaran
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) sebagai perangkat pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran  memiliki peranan yang sangat penting sebelum memulai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pada micro teaching kali ini, masih banyak terdapat  RPP yang belum sesuai antara Perencanaan dan Pelaksanaannya. Pembuatan RPP yang juga masih belum sesuai dengan yang diharapkan, dimana apersepsi  disajikan belum dapat mengkondisikan siswa dalam keadaan siap untuk belajar dan menerima materi (alfazone), meski sudah ada beberapa mahasiswa yang menggunakan ice breaking berupa lagu.
Disamping itu, belum terdapat adanya komitmen antara guru dan murid sebelum memulai proses pembelajaran (pre-teach). Science setting yang disajikan juga masih belum mewakili materi yang akan diajarkan.

2.      Pengelolaan kelas
Belum terlihat adanya interaksi yang mencerminkan interaksi antara guru dan murid, mahasiswa masih belum menganggap audience nya  sebagai muridnya, kesan sebagai teman masih terasa, meskipun audience nya  sudah bersikap layaknya anak-anak SD.
Penguasaan kelas yang kurang kondusif, dimana mahasiswa yang betindak sebagai guru tidak menegur murid yang mengganggu temannya, dan juga mengabaikan murid-murid yang mau bertanya.

3.      Manajemen waktu
Dengan waktu yang terbatas, yaitu 15 menit, mahasiswa diharapkan bisa menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya untuk mengajar. Tapi, dari hasil evaluasi, masih banyak mahasiswa yang menghabiskan waktunya pada ice breaking sehingga ketika waktu habis, materi belum sepenuhnya disampaikan. Hal ini mengakibatkan belum terjadi proses pembelajaran, dimana indikator keberhasilan dari proses pembelajaran adalah siswa yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, yang sebelumnya tidak bisa menjadi bisa, yang sebelumnya belum paham menjadi paham.

4.      Media Pembelajaran
Kebanyakan mahasiswa masih menggunakan media slide, hanya satu mahasiswa yang tidak menggunakan slide. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa belum mampu memanfaatkan potensi dan daya kreatifitas yang mereka miliki. Dari masukan Pak Asep, guru hendaknya harus mengetahui setiap kelemahan dan kelebihan yang mereka miliki terutama dalam hal mengajar, sehingga guru bisa meminimalisasi kelemahan-kelemahannya dan mengembangkan kelebihan-kelebihannya. Tambahan masukan dari Mba Cicih, yaitu ada 4 aspek yang perlu diperhatikan dalam mengajar; melihat, mendengar, melakukan, menuliskan. Menurut beliau, media dan metode yang digunanakan oleh mahasiswa yaitu masih mengacu pada tujuan untuk proses melihat dan mendengar, belum pada proses melakukan dan menuliskan. Dan untuk ke depannya, diharapkan penggunaan slide bisa dikurangi. Mahasiswa bisa menggunakan media lain, seperti media gambar, realia, ataupun benda-benda konkret yang mendukung proses pembelajaran. 

Bogor, 10 Juli 2013