Kamis, 15 Agustus 2013

Lebaran Rasa Rantau



Pagi itu sekitar jam 6, kami (2 ikwan, 4 akhwat) bersiap-siap menuju lapangan Simpati ---orang sekitar menyebutnya seperti itu---, sebuah lapangan bola yang berada di belakang Masjid yang ada di sebelah selatan Rumah Sakit Terpadu Dompet Dhuafa untuk melaksanakan shalat Idul Fitri. Pertama kali merasakan shalat di lapangan terbuka dan berada di kampung orang, memberikan kesan berbeda untuk lebaran tahun ini. Lebaran yang bagiku penuh makna karena menjalaninya bersama teman-teman senasib seperjuangan, teman-teman rantau, jauh dari keluarga dan kampung halaman.

pose dulu sebelum berangkat menuju tempat shalat ied..hee




Selesai shalat, para jamaah kemudian berbaris melakukan salam-salaman, halal bi halal. Tapi hanya jamaah laki-laki saja, sedangkan jamaah perempuannya sudah pada bubar duluan, meski halal bi halal tetap dilakukan tanpa barisan. Jadi hanya orang-orang tertentu dan  yang dikenal saja yang di salamin. Karena kami orang rantau, taka da yang mengenal kami,  jadi tak ada yang menyalami kami. Halal bi halal hanya dilakukan diantara kami berempat saja. Tapi, setelah berdiam diri di tengah kerumunan orang-orang yang sedang bersalam-salaman, sambil menunggu teman ikhwan selesai bersalam-salaman, ada seorang ibu yang mendatangi kami dan menjabat tangan kami, “akhirnyaaaaa…” kata kami sambil saling menatap dan tertawa. Setelah itu, ada lagi beberapa orang yang menyalami kami. Karena kami tidak menerapkan teknik Sok Kenal Sok Dekat alias SKSD, jadi tak banyak yang menyalami kami…heehee.

Usai bersalam-salaman, kami balik menuju asrama. Jalanan yang biasanya ramai kini begitu sepi, hanya satu dua motor yang lewat. Sesampinya di asrama, kami langsung menuju pantry untuk sarapan. Dengan menu special khas Lebaran, yaitu ketupat dan opor ayam, ditambah buah jeruk, menikmati sajian lebaran hanya berenam. Meskipun cuma berenam,  tetap terasa nikmat. Begini rasanya lebaran rasa rantau, meski terasa sedikit sepi, tapi tetap khusyu’ menjalaninya. Hanya saja tidak ada sanak famili yang dikunjungi, tak ada yang  jadi ojek untuk mengantar Ibu pergi untuk silaturahim  ke rumah pak De, tak ada kunjungan ke makam ayah, tak ada sahutan ejekan dari sepupu-sepuku, tak ada yang membagikan THR, itulah yang membedakan antara lebaran di rantau dan kampung halaman. 

 Hmmm…terselip rasa rindu akan momen-momen itu.
  
Bogor, 8 Agustus 2013 

FOTO:













 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar