Kamis, 01 Agustus 2013

Kuliah Menulis dengan Menulis



“Tebal Muka Terus Menulis “, itulah Judul  yang diangkat oleh dosen kami, Bapak Yusuf Maulana namanya. Sosok yang penuh dengan inspirasi. Daya ingat beliau kuacungkan jempol. Baru pertama masuk kelas, beliau sudah bisa menghapal beberapa nama mahasiswa SGI. Bahkan pada waktu pertemuan kedua pun beliau masih ingat dimana tempat kami duduk. Aku sangat suka cara mengajarnya beliau, tenang tapi pasti. 

Beliau lebih banyak memberikan materi melalui praktek langsung, yaitu menulis. Pembawaannya beliau sangat sederhana, bahkan ketika memasuki kelas pun beliau hanya membawa buku tanpa ada barang-barang gadget yang menemaninya. Sewaktu kuliah dulu, banyak materi kuliah yang kudapat, tapi belum ada yang bisa “nyantol” di kepalaku. Tapi , setelah dapat materi dari Bapak Yusuf, ditambah dengan teknik mengajar beliau, aku mendapat pemahaman yang lumayan jelas. Semakin menambah ilmu dan pengetahuanku dalam menulis. 

Bagiku, beliau sungguh mengispirasi meski dalam penyampaian materi beliau tidak memberikan kata-kata motivasi dan inspirasi secara langsung, tapi mampu memberikan stimulus khususnya pada diriku untuk terus belajar menulis. Dalam menentukan tema, beliau menggunakan objek-objek yang ada di sekitar kelas. Ketika latihan menulis, beliau hanya menyuruh kami menulis singkat saja yang dibatasi dengan waktu yang singkat juga, sebagai langkah awal dalam meningkatkan kemampuan menulis.

Sesi pertama

Pada sesi ini, tema yang diberikan adalah “ayah”. Skenarionya : ada seorang anak yang memiliki bapak angkat dan bapak angkatnya kini sedang dalam perjuangan menuju perjalanan Rumah ALLAH. Dalam skenario ini diceritakan bahwa sang anak sedang berada di tempat jauh, karena  kesibukan dan lain hal, sang anak ini tidak bisa menemani ayahnya di detik-detik terakhir kepergiannya menuju pangkuan Ilahi .
Kemudian Bapak Yusuf meminta kami berperan sebagai sang anak dan menuliskan kata-kata terakhir sebagai ucapan perpisahan untuk sang ayah.

                Inilah yang kutuliskan:

Terimakasih ayah atas segala pengorbananmu dan jasa-jasamu. Semoga ALLAH memberikanmu bidadari syurga agar kau tak kesepian disana. Maaf jika aku tak bisa menemanimu dan mengantarkanmu menuju tempat peristirahatan terakhirmu. 

Sesi kedua

Pada sesi ini, Pak Yusuf meminta kami menulis sebuah opini tentang kurikulum 2013.

Sekolah belum sepenuhnya siap menerapkan kurikulum 2013 ini.  Itu dikarenakan kurangnya sosialisai pemerintah terhadap para guru terutama untuk guru-guru yang ada di daerah pelosok. Menurut saya, pemerintah harus benar-benar mempertimbangkan bagaimana penerapan kurikulum 2013 bisa diterapkan untuk semua sekolah. Betapa tidak adilnya kurikulum 2013 ini. Semua harus disama ratakan dalam segi perangkat pembelajaran dan juga proses  penerapannya padahal sarana dan prasarana  setiap sekolah tidaklah sama.

Sesi ketiga
               
 Dalam sesi ini, kami diminta menggabungkan antara tulisan pada tema pertama dan tema kedua. 

                Inilah hasil dari kombinasi tulisanku:

Jika aku bisa memilih, aku ingin sekali bisa melihatmu lagi ayah. Sungguh aku belum siap dengan perpisahan ini. Tapi, takdir tidak memihak pada pintaku ayah karena ALLAH lebih menyayangimu. Jika diibaratkan seperti kurikulum 2013, maka perpisahan inilah sebagai kurikulumnya dan aku sebagai sekolahnya. Kurikulum 2013 itu tetap ada, tapi sekolah belumsepenuhnya  siap untuk menerima keberadaannya. Begitu juga aku ayah, perpisahan ini sudah  terjadi  tapi aku pun belum siap menerima perpisahan ini.

Sesi keempat

Pada sesi ini Pak Yusuf meminta kami menuliskan satu paragraf tentang sosok yang ada di spanduk yang ditempel di atas tembok kelas kami.

Sosok lelaki yang mengepalkan kedua tangan nya kea rah langit menunjukkan betapa dia begitu bersemangat dalam menggapai impian dan harapannya. Dia begitu berbahagia dalam memotivasi dirinya untuk terus berjuang meraih apa yang menjadi harapannya terlihat dari senyum sumringah yang menghiasi wajahnya.

Selanjutnya pada hari kedua tidak jauh beda aktifitas yang kita lakukan. Tapi materinya jauh lebih kompleks dari sebelumnya dan temanya pun lebih beragam.

Sesi pertama

TEMA : DAERAH YANG INGIN DITUJU

Melihat semangat dan perjuangan mereka membuat hatiku “tersenggol”. Mereka yang berada dalam dunia yang penuh  dengan keterbatasan, masih bisa tersenyum ceria ketika melewati hamparan 2 tali yang terbentang di atas sungai untuk mengumpulkan serpihan-serpihan ilmu. Sedangkan aku disini selalu mengeluh ketika terjebak dalam deretan kendaraan yang saling berlomba ingin mengambil bagian di badan jalan. Aku selalu menggerutu ketika motor yang biasa kubawa ke kampus tiba-tiba mati. Aku bertekad untuk tidak banyak mengeluh, bertekad untuk terus  belajar dari kebersahajaan dan kesabaran  mereka dalam mengarungi gelombang kehidupan ini. Aku ingin bisa berada di antara mereka, setidaknya bisa membaur bersama senyum di balik derita mereka.

Sesi kedua

MATERI : OBJEK TUNGGAL STATIS

GELAS PECAH
Praaakkkkkkk…… Gelas itupun pecah dan meninggalkan genangan air dilantai setelah mendapat  lemparan keras dari Bapak Yusuf. 

FOTO
Senyum sumringah tergambar dari wajah tanpa dosa nan penuh lucu itu. Terlihat guratan kebahagiaan memancar dari wajah polos mereka. Itulah murid-murid kebanggaanku yang selalu memberikan energy positif dan mengispirasiku.


MATERI : OBJEK GANDA STATIS

Disajikan buku dan pigura

Seonggok buku biru itu tergeletak begitu saja tak berdaya seperti halnya nasib anak-anak bangsa yang terkatung-katung tak berdaya., tak jelas arah dan tujuannya. Meski senyum mereka masih mengembang tapi derita itu masih bergelayut memenuhi rongga kehidupan mereka. Derita tentang pendidikan mereka yang tidak layak. Aku begitu salut pada semangat dan kepolosan mereka. Sepertinya tak tampak beban derita itu, seolah-olah derita itu tidak pernah ada.
Mataku kembali tertuju pada itu buku itu. Mencoba mencari celah inspirasi untuk memadukan buku itu dengan semangat anak-anak itu. Aku tertegun sejenak, dan kemudian mulai teringat dengan suasana pantai di daerahku, Pantai Tanjun An, Lombok. Warna biru yang dipantulkan oleh lautnya memancarkan pesona yang begitu menakjubkan. Seakan mampu membius setiap mata para pelancong yang singgah untuk tak berkedip, meski hanya sedetik. Begitupun dengan semangat anak-anak itu yang terlukis jelas dalam senyum lebar itu. Memancarkan pesona yang penuh kebahagiaan, pesona yang mampu menggugah hati orang-orang yang melihatnya.

MATERI :OBJEK DINAMIS TUNGGAL

Salah satu pengelola yang membawa kamera

Seorang perempuan berbusana rapi dengan warna biru dominan berjalan perlahan sambil membawa sebuah  kamera . Dia mengitari tempat itu, mencari objek yang tepat untuk di abadikan dalam bidikan lensa kameranya. Tak puas dengan satu objek, dia pun kembali mencari tempat lain dan berharap menemukan objek yang bagus. Sesekali dia merasa kebingungan menentukan objek mana yang ingin dia bidik. Ada satu pemandangan yang membuat hatinya terkesima, yaitu ketika dia melihat beberapa cewek sedang asyik duduk di depan laptop sambil jarinya sibuk  memainkan keyboard.

Itulah hasil dari tulisanku waktu latihan menulis di kelas Workshop menulis , masih amburadul, maklum baru belajar menulis yang bener-bener menulis…..hheeeehee… Semoga paragraf-paragraf itu nanti bisa kukembangkan menjadi sebuah cerita, bahkan menjadi sebuah buku. Aamiin…

“Everything needs process. Always keep struggling to reach your dreams”

Bogor, Juli 2013





Tidak ada komentar:

Posting Komentar