“Tebal Muka Terus Menulis “, itulah Judul yang diangkat oleh dosen kami, Bapak Yusuf
Maulana namanya. Sosok yang penuh dengan inspirasi. Daya ingat beliau kuacungkan
jempol. Baru pertama masuk kelas, beliau sudah bisa menghapal beberapa nama
mahasiswa SGI. Bahkan pada waktu pertemuan kedua pun beliau masih ingat dimana
tempat kami duduk. Aku sangat suka cara mengajarnya beliau, tenang tapi pasti.
Beliau lebih banyak memberikan materi melalui
praktek langsung, yaitu menulis. Pembawaannya beliau sangat sederhana, bahkan
ketika memasuki kelas pun beliau hanya membawa buku tanpa ada barang-barang
gadget yang menemaninya. Sewaktu kuliah dulu, banyak materi kuliah yang
kudapat, tapi belum ada yang bisa “nyantol”
di kepalaku. Tapi , setelah dapat materi dari Bapak Yusuf, ditambah dengan
teknik mengajar beliau, aku mendapat pemahaman yang lumayan jelas. Semakin
menambah ilmu dan pengetahuanku dalam menulis.
Bagiku, beliau sungguh mengispirasi meski
dalam penyampaian materi beliau tidak memberikan kata-kata motivasi dan
inspirasi secara langsung, tapi mampu memberikan stimulus khususnya pada diriku
untuk terus belajar menulis. Dalam menentukan tema, beliau menggunakan
objek-objek yang ada di sekitar kelas. Ketika latihan menulis, beliau hanya
menyuruh kami menulis singkat saja yang dibatasi dengan waktu yang singkat juga,
sebagai langkah awal dalam meningkatkan kemampuan menulis.
Sesi pertama
Pada sesi ini, tema yang
diberikan adalah “ayah”. Skenarionya : ada seorang anak yang memiliki bapak
angkat dan bapak angkatnya kini sedang dalam perjuangan menuju perjalanan Rumah
ALLAH. Dalam skenario ini diceritakan bahwa sang anak sedang berada di tempat
jauh, karena kesibukan dan lain hal,
sang anak ini tidak bisa menemani ayahnya di detik-detik terakhir kepergiannya
menuju pangkuan Ilahi .
Kemudian Bapak Yusuf meminta kami berperan sebagai sang anak
dan menuliskan kata-kata terakhir sebagai ucapan perpisahan untuk sang ayah.
Inilah
yang kutuliskan:
Terimakasih ayah atas segala pengorbananmu
dan jasa-jasamu. Semoga ALLAH memberikanmu bidadari syurga agar kau tak
kesepian disana. Maaf jika aku tak bisa menemanimu dan mengantarkanmu menuju
tempat peristirahatan terakhirmu.
Sesi kedua
Pada sesi ini, Pak Yusuf meminta kami menulis sebuah opini
tentang kurikulum 2013.
Sekolah belum sepenuhnya siap
menerapkan kurikulum 2013 ini. Itu
dikarenakan kurangnya sosialisai pemerintah terhadap para guru terutama untuk
guru-guru yang ada di daerah pelosok. Menurut saya, pemerintah harus benar-benar
mempertimbangkan bagaimana penerapan kurikulum 2013 bisa diterapkan untuk semua
sekolah. Betapa tidak adilnya kurikulum 2013 ini. Semua harus disama ratakan
dalam segi perangkat pembelajaran dan juga proses penerapannya padahal sarana dan
prasarana setiap sekolah tidaklah sama.
Sesi ketiga
Dalam
sesi ini, kami diminta menggabungkan antara tulisan pada tema pertama dan tema
kedua.
Inilah hasil dari kombinasi
tulisanku:
Jika aku bisa memilih, aku ingin sekali bisa
melihatmu lagi ayah. Sungguh aku belum siap dengan perpisahan ini. Tapi, takdir
tidak memihak pada pintaku ayah karena ALLAH lebih menyayangimu. Jika
diibaratkan seperti kurikulum 2013, maka perpisahan inilah sebagai kurikulumnya
dan aku sebagai sekolahnya. Kurikulum 2013 itu tetap ada, tapi sekolah
belumsepenuhnya siap untuk menerima
keberadaannya. Begitu juga aku ayah, perpisahan ini sudah terjadi
tapi aku pun belum siap menerima perpisahan ini.
Sesi keempat
Pada sesi ini
Pak Yusuf meminta kami menuliskan satu paragraf tentang sosok yang ada di
spanduk yang ditempel di atas tembok kelas kami.
Sosok lelaki yang mengepalkan kedua tangan
nya kea rah langit menunjukkan betapa dia begitu bersemangat dalam menggapai
impian dan harapannya. Dia begitu berbahagia dalam memotivasi dirinya untuk
terus berjuang meraih apa yang menjadi harapannya terlihat dari senyum
sumringah yang menghiasi wajahnya.
Selanjutnya
pada hari kedua tidak jauh beda aktifitas yang kita lakukan. Tapi materinya
jauh lebih kompleks dari sebelumnya dan temanya pun lebih beragam.
Sesi pertama
TEMA : DAERAH YANG INGIN DITUJU
Melihat
semangat dan perjuangan mereka membuat hatiku “tersenggol”. Mereka yang berada
dalam dunia yang penuh dengan
keterbatasan, masih bisa tersenyum ceria ketika melewati hamparan 2 tali yang
terbentang di atas sungai untuk mengumpulkan serpihan-serpihan ilmu. Sedangkan
aku disini selalu mengeluh ketika terjebak dalam deretan kendaraan yang saling
berlomba ingin mengambil bagian di badan jalan. Aku selalu menggerutu ketika
motor yang biasa kubawa ke kampus tiba-tiba mati. Aku bertekad untuk tidak
banyak mengeluh, bertekad untuk terus
belajar dari kebersahajaan dan kesabaran
mereka dalam mengarungi gelombang kehidupan ini. Aku ingin bisa berada
di antara mereka, setidaknya bisa membaur bersama senyum di balik derita
mereka.
Sesi kedua
MATERI
: OBJEK TUNGGAL STATIS
GELAS
PECAH
Praaakkkkkkk…… Gelas itupun
pecah dan meninggalkan genangan air dilantai setelah mendapat lemparan keras dari Bapak Yusuf.
FOTO
Senyum sumringah tergambar dari
wajah tanpa dosa nan penuh lucu itu. Terlihat guratan kebahagiaan memancar dari
wajah polos mereka. Itulah murid-murid kebanggaanku yang selalu memberikan
energy positif dan mengispirasiku.
MATERI : OBJEK GANDA STATIS
Disajikan buku dan pigura
Seonggok
buku biru itu tergeletak begitu saja tak berdaya seperti halnya nasib anak-anak
bangsa yang terkatung-katung tak berdaya., tak jelas arah dan tujuannya. Meski
senyum mereka masih mengembang tapi derita itu masih bergelayut memenuhi rongga
kehidupan mereka. Derita tentang pendidikan mereka yang tidak layak. Aku begitu
salut pada semangat dan kepolosan mereka. Sepertinya tak tampak beban derita
itu, seolah-olah derita itu tidak pernah ada.
Mataku
kembali tertuju pada itu buku itu. Mencoba mencari celah inspirasi untuk
memadukan buku itu dengan semangat anak-anak itu. Aku tertegun sejenak, dan
kemudian mulai teringat dengan suasana pantai di daerahku, Pantai Tanjun An,
Lombok. Warna biru yang dipantulkan oleh lautnya memancarkan pesona yang begitu
menakjubkan. Seakan mampu membius setiap mata para pelancong yang singgah untuk
tak berkedip, meski hanya sedetik. Begitupun dengan semangat anak-anak itu yang
terlukis jelas dalam senyum lebar itu. Memancarkan pesona yang penuh
kebahagiaan, pesona yang mampu menggugah hati orang-orang yang melihatnya.
MATERI :OBJEK DINAMIS TUNGGAL
Salah
satu pengelola yang membawa kamera
Seorang
perempuan berbusana rapi dengan warna biru dominan berjalan perlahan sambil
membawa sebuah kamera . Dia mengitari
tempat itu, mencari objek yang tepat untuk di abadikan dalam bidikan lensa
kameranya. Tak puas dengan satu objek, dia pun kembali mencari tempat lain dan
berharap menemukan objek yang bagus. Sesekali dia merasa kebingungan menentukan
objek mana yang ingin dia bidik. Ada satu pemandangan yang membuat hatinya
terkesima, yaitu ketika dia melihat beberapa cewek sedang asyik duduk di depan
laptop sambil jarinya sibuk memainkan
keyboard.
Itulah hasil dari
tulisanku waktu latihan menulis di kelas Workshop menulis , masih amburadul,
maklum baru belajar menulis yang bener-bener menulis…..hheeeehee… Semoga
paragraf-paragraf itu nanti bisa kukembangkan menjadi sebuah cerita, bahkan
menjadi sebuah buku. Aamiin…
“Everything needs process. Always keep
struggling to reach your dreams”
Bogor, Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar